PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP KOMITMEN DAN
KEPUASAN KERJA : STUDI PADA BMT DI KUDUS
A. PENDAHULUAN
Runtuhnya korporasi besar seperti: Enron, Arthur Anderson, Worldcom,
Global Crossing karena mega skandal menjadikan etika kerja mendapat perhatian
yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa sehebat dan seprofesional apapun
pengelolaan perusahaan jika tidak dilandasi dengan etika kerja yang baik maka
akan terjadi manipulasi yang berakibat pada kebangkrutan (Beekun, 1999).
Sehingga sekolah-sekolah ternama dalam bidang bisnis seperti: Harvard
Business School (HBS) memasukkan mata kuliah etika kerja di dalam kurikulumnya.
Tidak seperti etika kerja Kristen, etika kerja Islam telah disalahpahami
dan dilupakan dalam kajian ilmu organisasi dan manajemen. Ini disebabkan para
ahli manajemen tidak menggali kekayaan literatur dalam Islam yang terkait
dengan bisnis dan organisasi (Ali, 2005). Hal ini ditunjukkan dari
berbagai literatur dan penelitian etika kerja yang berkembang masih
dominasi peneliti-peneliti barat yang notabene berdasarkan pada etika Kristen
Protestan (Yousef, 2001). Konsep etika kerja Protestan pertama di kembangkan
oleh Max Weber dalam buku yang berjudul The Protestant Ethic and the Spirit
of Capitalism. Dalam buku ini Weber mengaitkan antara kesuksesan sistem
kapitalis dengan ajaran Protestan.
Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia,
memiliki konsep yang mengatur tentang etika dalam bekerja yang berdasarkan pada
Alqur’an dan Hadist. Namun belum banyak dilakukan penelitian tentang etika
kerja Islam, sehingga konsep etika kerja Islam kurang berkembang. Hanya ada
beberapa riset tentang etika kerja Islam seperti Ali (1988, 2001), Yousef
(2000, 2001), Rahman dkk., (2006), and Ali and Al-Kazemi, (2007). Sebagai
contoh, penelitian etika kerja Islam juga telah dilakukan oleh Rahman dkk,
(2006) di industri perbankan di Malaysia. Mereka menguji pengaruh etika kerja
pada tiga dimensi komitmen organisasi, hasilnya menunjukkan bahwa etika kerja
Islam berpengaruh ke semua dimensi komitmen yaitu: affective, continuance
dan normative.
Melihat kenyataan dilapangan
dan riset-riset sebelumnya, penelitian ini mencoba mengembangkan
penelitian Rahman dkk (2006) dengan menambahkan variabel kepuasan kerja dalam
kontek Indonesia yaitu dengan menganalisis
etika kerja Islam karyawan yang ada di Baitul Mal Wattamwil (BMT) serta menguji apakah etika kerja
Islam itu berpengaruh terhadap komitmen karyawan terhadap organisasi dan
kepuasan kerja BMT di Kabupaten Kudus.
B. PERUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka
masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat etika kerja Islam karyawan yang bekerja di BMT di Kudus?
2. Apa ada pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen
organisasi karyawan?
3. Apa ada pengaruh etika kerja Islam dengan kepuasan kerja
karyawan ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini dalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik tingkat
etika kerja Islam karyawan yang bekerja di BMT di Kudus.
2. Menguji secara empirik pengaruh etika
kerja islam pada komitment karyawan.
3. Menguji secara empirik pengaruh etika
kerja islam terhadap kepuasan kerja karyawan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian, antara lain:
1.
Untuk mengembangkan khasanah
pengetahuan khususnya dibidang perilaku organisasi dan ilmu manajemen pada
umumnya. Hal ini didasarkan pengharapan bahwa hasil penelitian ini mencoba
menggunakan dan menguji kerangka kerja konsep etika kerja Islam. Karena
penelitian dalam bidang ini masih sangat terbatas terutama dalam kontek
Indonesia.
2.
Memberi jawaban atas tesis
dan kritik Weber tentang etika Islam yang tidak mendorong produktifitas
masyarakat Muslim dalam bidang ekonomi.
3.
Memberikan masukan bagi para
praktisi terutama pengelola BMT untuk lebih meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia di lingkungan kerjanya. Serta memberikan pengetahuan kepada
pengelola dan manajer BMT tentang tingkat etika kerja Islam, sehingga dapat
menjadi pertimbangan para manajer untuk memberikan pelatihan atau pendidikan
lebih di bidang etika kerja Islam.
E. TINJAUAN
LITERATUR
1. Etika Kerja Islam
Etika berasal dari bahasa yunani dari akar
kata “ethos” yang berarti kebiasaan. Etika merupakan ilmu mempelajari
nilai-nilai atau kebiasaan seseorang atau kelompok yang meliputi konsep tentang
benar dan salah, baik dan buruk (Wikipidia, 2007). Hal ini menyangkut hal-hal
yang boleh dilakukan seseorang sebagai bagian dari kelompok maupun masyarakat
dalam peranan yang berbeda dalam kehidupan termasuk dalam lingkungan kerja yang
disebut etika kerja.
Naqvi (1981) menjelaskan ada lima aksioma
yang mendasari etika kerja Islam yaitu: pertama, unity (kesatuan),
konsep ini terkait dengan konsep keesaan Allah (tauhid) sebagai bentuk hubungan
vertikal antara manusia dan tuhannya. Sebagai seorang Muslim harus melihat
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan akan
dikembalikan padaNya. Kedua, equilibrium (keseimbangan), konsep ini
terkait dengan konsep adl (keadilan dan kepemilikan). Ketiga, free
will (kebebasan berkehendak) setiap orang diberi kebebasan untuk
mengerjakan sesuai dengan keinginannya sampai pada tingkatan tertentu, tetapi
kebebasan itu harus disertai dengan tanggung jawab kepada allah dan kepada
sesama. Karena Allah tidak mengubah nasib seseorang sampai dia merubahnya
sendiri. Keempat, tanggung jawab (responsibility), ini terkait dengan
pertanggungjawaban seseorang terhadap segala tindakan yang dilakuan baik yang
terkait dengan yang berhubungan dengan manusia maupun dengan Allah. Kelima,
kebajikan (benevolence), setiap muslim didorong untuk bermal kebajikan
sesuai dengan kemampuannya tanpa mengharapkan timbal balik dari apa yang telah
dilakunnya (Beekum, 1997).
Menurut Ali (2005) ada empat pilar utama
dalam konsep etika kerja Islam yaitu:
1.
Berusaha (effort),
seorang muslim diwajibkan untuk berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya,
keluarga dan masyarakat. Islam sangat menjunjung tinggi produktifitas kerja
karena akan meminimalisir berbagai permasalahan sosial dan ekonomi.
2.
Persaingan (competition),
seorang pekerja harus mampu bersaing dengan karyawan lain secara fair dan jujur
dengan niat fastabiqul koirat (berlomba untuk mencapai kebajikan).
3.
Keterbukaan (transparancy),
keterbukaan terhadap berbagai kegiatan yang ada dalam organisasi.
4.
Moralitas (Morality),
segala bentuk kegiatan harus berdasarkan etika islam, karena agama islam tidak
mengenal dikotomis antara urusan keduniaan dan agama.
2. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi
merupakan konsep yang banyak diperdebatkan oleh para ahli, kebanyakan studi
tentang komitmen didasarkan atas asumsi sikap dan tingkah
laku. Komitmen organisasi merupakan usaha mengidentifikasikan dan
melibatkan diri dalam organisasi dan tidak ada keinginan
meninggalkannya (Robbin, 2001), sedangkan Lutan (1995)
mendifinisikan komitmen menjadi tiga yaitu: suatu keinginan yang
kuat untuk tetap menjadi anggota berbagai organisasi, keinginan untuk
usaha lebih keras atas nama organisasi, kepercayaan menerima
values dan tujuan organisasi. Steers dan Menurut William dan
Hazer (1991), konsep komitmen organisasi memiliki dua
perpektif. Pertama komitmen dianggap sebagai indikator misalnya perilaku
yang melebihi peran yang diharapkan sebagai bentuk pendekatan
sebuah perpektif sikap yang relatif kuat akan dilibatkan dan
identifikasi seseorang terhadap organisasi. Pandangan kedua komitmen organisasi
merupakan ciri faktor yang berkaitan dengan rasa percaya
seseorang kepada nilai-nilai dan tujuan organisasi, keinginan untuk
bekerja keras pada organisasi serta keinginan untuk tetap menjadi
anggota organisasi.
Menurut Meyer dan Allen
(1990) ada tiga dimensi dalam komitmen organisasi yaitu:
1.
Affective commitmen (AC) menunjukkan kuatnya keinginan
seseorang secara emosional untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap
nilai-nilai dan tujuan serta keinginan tetap menjadi anggota untuk mencapai
tujuan tersebut. Hal-hal yang menyebabkan adanya komitmen affective
antara lain: karakteristik individu, karakteristik struktur organisasi,
signifikansi tugas, berbagai keahlian, feedback dari pemimpin, dan
keterlibatan dalam manajemen (Mayer et al., 1993). Umur dan lama di
organisasi sangat berhubungan positif dengan AC, karyawan yang memiliki AC
rendah akan memilih meninggalkan organisasi dan sebaliknya yang memiliki AC
tinggi akan cenderung tinggal dalam organisasi sebab mereka percaya pada
organisasi dan misinya.
2.
Continuance commitment (CC) merupakan komitmen yang didasari
atas kekawatiran seseorang terhadap kehilangan sesuatu yang
telah diperoleh dari organisasi selama ini seperti: jabatan, gaji,
fasilitas dan lainnya (Mayer et al., 1993). Hal-hal
menyebabkan adanya komitmen continuance antara lain: umur, jabatan
dan berbagai fasilitas dan berbagai tunjangan yang diperoleh. Komitmen ini akan
berkurang jika terjadi penggurangan terhadap berbagai fasilitas dan
kesejahteraan yang diperoleh oleh bawahan.
3.
Normative commitment (NC) menunjukkan perasaan karyawan merasa
wajib tinggal dalam organisasi. penyebab dari timbulnya komitmen ini adalah
adanya tuntutan sosial yang merupakan hasil dari pengalaman seseorang
dalam berinteraksi dengan sesama atau munculnya ketatan yang tetap
terhadap seseorang yang memiliki organisasi karena jasa, sosial, budaya
atau agama.
3. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap produktifitas organisasi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kepuasan kerja merupakan suatu
kondisi emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam
persepsi seseorang terhadap kondisi kerja. Kepuasan kerja akan
ditunjukkan melalui sikap umum dari individu terhadap
pimpinan dan pekerjaan dalam suatu organisasi (Gibson et al., 1997; Greenberg
dan Baron, 1995). Luthan (1995) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja
karyawan merupakan hasil persepsi karyawan bagaimana pekerjaan
mereka dapat memberikan sesuatu yang dianggap penting, hal ini
berarti bahwa kepuasan kerja akan tercapai jika karyawan merasa bahwa apa
yang didapat dalam kerja sudah memenuhi hal yang dianggap penting.
Menurut Greenberg dan
Baron (1995) ada dua faktor yang mempengaruhi dalam kepuasan kerja yaitu:
bersifat organisasional dan personal. Kepuasan yang dipengaruhi organisasi
antara lain: sistem reward, penerimaan terhadap supervisor, sentralisasi
kekuasaan, penghargaan sosial dan kerja, kondisi kerja yang menyenangkan. Sedangkan
kepuasan kerja yang dipengaruhi individu antara lain: variable personality,
status dan senioritas, kesesuaian kerja dengan hal yang diinginkan, kepuasan
hidup.
F. HIPOTESIS
Konsep etika
kerja Islam merupakan bentuk respons dari para pakar muslim dibidang teori
organisasi dan sumberdaya manusia atas konsep etika kerja Protestan yang
dicetuskan oleh Max Weber. Konsep ini juga mengkonter pendapat Weber
tentang masyarakat Muslim yang tidak maju dibidang ekonomi karena berbagai
alasan yang menyudutkan umat Islam seperti sufisme, sikap fatalistic dan
outokratik pada kerajaan-kerajaan Islam.
Penelitian
lanjutan juga di lakukan oleh Yousef (2001), dia menguji hubungan antara etika
kerja Islam dan komitmen organisasi serta kepuasan kerja. Penelitian ini dilakukan
di Uni Emirat Arab dengan sampel 425 karyawan yang bekerja di berbagai
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa etika kerja Islam berpengaruh langsung
terhadap komitmen organisasi dan kepuasan bawahan, serta etika kerja Islam
memediasi hubungan antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja.
Penelitian
tentang etika kerja Islam juga telah dilakukan di Malaysia, Rahman et al.,
(2006) meneliti hubungan antara etika kerja Islam dengan komitmen organisasi.
Mereka menggunakan tiga dimensi komitmen organisasi yaitu affective,
normative dan continuance. Penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 227 karyawan yang bekerja di berbagai bank di Malaysia. Hasilnya
menunjukkan bahwa etika kerja Islam memeliki efek yang positif pada ketiga
dimensi yang ada di komitmen organisasi, lebih lanjut komitmen affective memiliki
hubungan yang lebih besar daripada komitmen normative dan continuance.
Penelitian
lanjutan ini akan menguji tingkat etika kerja Islam yang dimiliki para karyawan
yang bekerja pada lembaga keuangan mikro berbasis syari’ah, dengan harapan
dapat memberi gambaran tentang tingkat etika kerja Islam di BMT. Sebagaimana
yang dilakukan Arslan (2000), penelitian ini akan menjadi bukti baru dalam
kontek Indonesia bahwa etika kerja Islam tidak seperti yang dikatakan Weber
dalam kontek lembaga kecil seperti BMT. Lebih lanjut, penelitian ini juga
menguji pengaruh etika kerja Islam dan komitmen organisasi dan kepuasan kerja
dalam kontek lembaga keuangan mikro. Diharapkan penelitian ini memberi
kontribusi terhadap pemahaman
Atas dasar
pemikiran teoritis di atas, maka hipotesis yang diketengahkan adalah:
H1: Ada pengaruh
signifikan antara etika kerja Islam dengan komitment organisasi karyawan di BMT
H2: Ada pengaruh
signifikan antara etika kerja Islam dengan kepuasan kerja karyawan di BMT
G. METODE
PENELITIAN
1. Disain
Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh etika kerja
islam terhadap komitmen dan kepuasan kerja Data penelitian ini bersifat cross
sectional dengan menggunakan pendekatan survei. Alat analisis yang dipakai
adalah program SPSS for
windows versi 13.00
2. Objek
Penelitian
Objek
penelitian ini adalah karyawan BMT di Kabupaten Kudus yang
terdiri dari 32 buah BMT yang tersebar di beberapa kecamatan di wilayah
Kudus.
3.Populasi dan
Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh karyawan BMT di Kudus. Tehnik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling merupakan metode pengumpulan data
dengan memberikan kreteria tertentu bagi anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Pada penelitian ini karyawan BMT yang akan dijadikan subyek penelitian
minimal mereka telah bekerja selama satu tahun dengan alasan karyawan telah
cukup memahami dan merasakan kondisi pekerjaanya.
4. Pengukuran Variabel
a.Etika kerja
Islam diukur menggunakan 17 items pertanyaan yang telah dikembangkan oleh Ali
(1988) kemudian diperbaiki Ali (1992), Ali dan Azim (1999) dan Ali dan
Al-Kanzemi (2002). Contoh item yang masuk pengukuran antara lain: kemalasan
adalah musuh, melakukan kerja harus dengan iktiyar yang maksimal. Instrumen
menggunakan 5 skala likert dengan reliabilitas konsistensi menggunankan
Crombach Alpha sebesar 0.85.
b. Komitmen
menggunakan pengukuran yang dikembangkan oleh Aldag dan Reschke (1997),
yang diadopsi dari three-component model of organizational commitment yang
dikembangkan oleh Allen dan Mayer (1990) dengan tiga dimensi yaitu komitmen
affective, normative dan continuance. Yang tersebar dalam enam item pertanyaan
dengan menggunakan lima point skala likert.
c. Kepuasan
Kerja diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Weiss et al (1967) dengan minnesota
satisfaction questioner (MSQ) dengan item sebanyak 20 pertanyaan.
5.Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan
bantuan aplikasi program SPSS. Sebelum analisis data perlu dilakukan uji coba
kuesioner. Hal ini dimaksudkan agar responden benar-benar dapat memahami
item-item kuesioner secara verbal. Alat analisis statistik yang digunakan:
1.
Pengujian instrumen penelitian
adalah uji reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrument dilakukan
dengan melihat nilai cronbach’s alpha masing-masing construct.
2.
Analisis tingkat etika
kerja Islam karyawan di BMT menggunakan
analisis statistik deskriptif berupa tabulasi silang, grafik, rata-rata dan
frekuensi.
3.
Untuk mengetahui pengaruh etika kerja Islam terhadap
kepuasan kerja dan komitmen organisasi digunakan analisis regresi.
REFERENSI:
Ali, A. (1988). Scaling an Islamic work ethic. Journal of Social
Psychology, 128 (5): 575-583.
Ali, A. (1992). Islamic work ethic in Arabia. Journal of Psychology,
126 (5): 507-517
Ali, A. (2005). Islamic Perspectives on Management and Organization.
Edward Elgar Publishing, UK.
Ali, A. dan Al-Kazemi, A. (2002). Managerial problems in Kuwait. The
Journal of Management Development, 21 (5): 366-375.
Allen, N.J. and Meyer, J.P. (1990). The
Measurement and Antecedents of Affective, Continuance and Normative Commitment
to the Organisation. Journal of Occupational Psychology, 63, 1-18.
Arslan, M. (2000). A cross cultural
comparison of British and Turkish managers in term of Protestant work ethic
characteristics. Business Ethics: A European Review, 9 (1): 13-19
Arslan, M. (2001). The Work ethic
values of Protestant British, Catholic Irish and Muslim Turkish Managers. Journal
of Business Ethics, 31: 321-339.
Faridi, F (ed) (1995). Islamic principles of business organization and
management. Qazi Publishers and Distributors, New Delhi.
Luthans, F. (2005). Organizational Behavior, tenth Ed. McGraw-Hill
Irwin. NY.
Rahman, M., Muhamad, N., dan Othman, A. S., (2006). The
Relationship Between Islamic Work Ethics And Organisational Commitment: A Case
Analysis. Malaysian Management Review. 41 (1) January-June 2006.
Yousef, D.A. (2000). Organisational commitment as a mediator of the relationship between Islamic work ethic and attitudes toward organisational change. Human Relations, 53 (4). 513-37.
Yousef, D.A. (2001). Islamic work ethic - A moderator between organisational commitment and job satisfaction in a cross-cultural context. Personnel Review, 30 (2), 152-165.
Yousef, D.A. (2000). Organisational commitment as a mediator of the relationship between Islamic work ethic and attitudes toward organisational change. Human Relations, 53 (4). 513-37.
Yousef, D.A. (2001). Islamic work ethic - A moderator between organisational commitment and job satisfaction in a cross-cultural context. Personnel Review, 30 (2), 152-165.
0 Response to "CONTOH PROPOSAL PENELITIAN"
Post a Comment
SILAHKAN CORAT-CORET DISINI :)